unek-unek penjaga warung ramen


Tadi sore, sepulang bekerja dari salah satu warung ramen di pelosok negeri, aku cukup dikagetkan dengan berita yang kubaca di surat kabar yang tiba-tiba saja terbang terbawa angin dan hinggap di wajahku.

Beritanya aneh-aneh. Masa nih ya, katanya ada bajak laut yang sedang diadili meminta keringanan hukuman, bahkan sampai minta dibebaskan. Kan nggak mungkin, ya? Setidaknya, bajak laut yang kukenal seperti Luffy saja masih punya karakter baik yang bisa ditiru. Ya memang, sih, karakter pantang menyerahnya sama saja. Bedanya, yang ini pantang menyerah meminta kebebasan, di atas tumpukan harta yang berhasil dikumpulkannya.

Di halaman selanjutnya, ada lagi berita yang tidak kalah anehnya. Tapi, kalau berita yang ini sih hampir tidak masuk akal rasanya. Pasti ini jurnalisnya cari inspirasi dari kisah-kisah di anime, atau drama-drama korea. Di berita yang kubaca di halaman kedua ini, katanya ada karyawan-karyawan Hokage yang bikin pengadaan seragam yang di produksi dari desa Kumogakure yang ada di Negeri Petir. Biar baju seragamnya bisa menyambar-nyambar kaya petir kali, ya? Kan, sembarangan banget.

Sepanjang jalan pulang aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Yaa, mau apa lagi? Lagi pula, bisa apa rakyat kecil seperti aku ini? Palingan nih, aku cuma bisa mengingatkan tentang kisah seorang nenek di pelosok desa, yang waktu itu dihukum bertahun-tahun penjara karena jadi terdakwa kasus pencurian biji kakao. Keren sih, hukum di negeri ini yang adil dan tidak pandang bulu. Tidak melihat latar belakang kisah nenek tersebut, pokoknya kan salah, jadi dihukum. Atau, semacam itu, lah.

Semoga sih ya, penegak hukum di negeri ini bisa bener-bener adil, se adil-adilnya. Meskipun jadi adil itu susah, banget. Atau, belajar adil deh sama yang punya istri lebih dari satu. Iya, kan syarat buat bisa punya istri lebih dari satu harus adil dulu, katanya.

Capek ya, lagi musim susah gini, baca berita yang di liat isinya tentang hukum negeri ini yang rasanya makin ada-ada aja, semena-mena banget rasanya. Yang kecil makin kecil, yang susah makin susah. Sedangkan yang di atas, makin terus manjat ke atas.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.